Ada Sekolah Maya,Konsep Harus Diubah
Muchus Budi R. - detikNews
Solo - Dampak perkembangan teknologi informasi adalah sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya pusat pembelajaran. Karenanya harus ada perubahan drastis bagi konsep sekolah di masa datang. Sekolah juga harus bekerjasama dengan sumber belajar lain terutama internet yang telah menjadi 'sekolah maya'.
Pendapat tersebut disampaikan oleh pakar pendidikan, Ravik Karsidi, dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar bidang sosiologi pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) di Auditorium UNS Solo, Senin (20/12/2004) siang.
Ravik memaparkan bahwa perekembangan pesat dunia teknologi informasi telah membuat peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan bergeser. Sekolah bukan lagi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi ruang dan waktu. Peran guru juga bukan lagi satu-satunya sumber belajar karena banyak sumber belajar dan informasi lain.
Lebih lanjut dengan mengutip pendapat seorang usahawan bidang teknologi, Ravik mengatakan bahwa untuk menghasilkan generasi masa depan yang lebih baik, selain mendidik dengan pengetahuan yang cukup dan berkompetan juga harus matang kepribadiannya. Karenanya konsep sekolah juga harus diubah secara drastis.
"Sekolah tidak perlu lagi menyediakan sumber daya tradisional berupa bangunan besar, tenaga yang banyak dan perangkat lainnya. Sekolah harus bekerjasama secara komplementer dengan sumber belajar lain, terutama internet yang telah menjadi 'sekolah maya'," kata Ravik dalam pidato berjudul Reaktualisasi Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Pendidikan di Indonesia.
Namun demikian, menurut Ravik, dalam kemajuan teknologi informasi yang sepesat apa pun, keberadaan sekolah secara fisik masih tatap akan diperlukan oleh masyarakat. Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak dapat tergantikan. Di antaranya, hubungan untuk mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan maupun kohesi sosial.
"Teknologi informasi hanya menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang dapat diakses oleh siapapun dari manapun secara individu," papar Pembantu Rektor (PR) I UNS tersebut dalam pidatonya.
Perpusdiknas Luncurkan Layanan Baru untuk Cacat Netra
Veronika Kusuma Wijayanti - detikNews
Jakarta - Perpustakaan Depdiknas atau perpusdiknas kembali meluncurkan fasilitas modern terbaru. Namun kali ini, layanan khusus ini untuk melayani penyandang cacat netra.
Selain itu, perpusdiknas juga menambah fasilitas pangkalan data atau ProQuest. Fasilitas online ini merupakan yang terdepan di kelas dunia dalam penyediaan informasi jurnal-jurnal ilmiah. ProQuest dapat melakukan pengumpulan, pengorganisasian dan pemublikasian informasi hasil penelitian, artikel ilmiah, berita media massa, maupun tulisan popular.
"Lebih dari 300 ribu jurnal ilmiah dari seluruh dunia dapat diakses melalui fasilitas ini," ujar Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Dodi Nandika dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (30/11/2006).
Secara umum, koleksi artikel pada pangkalan data ProQuest meliputi bidang bisnis dan ekonomi, referensi umum, pendidikan, kedokteran, humaniora dan ilmu-ilmu sosial. "Ini adalah bentuk komitmen depdiknas dalam rangka penyediaan sumber informasi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat," tambah Kepala Pusat Infomasi dan Humas (PIH) Depdiknas Bambang Wasito Adi.
Menurut Bambang, perpusdiknas menjadi perpustakaan pertama di Indonesia yang memberikan fasilitas layanan khusus bagi tuna netra. Layanan khusus ini memberikan pelayanan bagi penyandang tuna netra untuk mengakses internet, menulis maupun membaca buku.
"Kami berharap para tuna netra dapat terus berkarya dengan memanfaatkan teknologi informasi yang telah disediakan," imbuh Bambang.
Saat ini penyandang tuna netra dapat membaca melalui visual yakni teks dan simbol, serta auditory atau suara di perpusdiknas.
Friday, October 10, 2008
Thursday, October 9, 2008
perkembangan teknologi internet
Perkembangan Teknologi Internet di Indonesia
teknologi
Teknologi Informasi semakin maju, menghapus batas Negara serta budaya. Tak terkecuali bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meskipun penetrasi telepon masih belum sepenuhnya menjangkau saudara – saudara kita di seluruh penjuru Tanah Air, namun harus diakui gelombang penetrasi internet sudah sedemikian dashatnya.
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), rata–rata pertumbuhan internet di Indonesia mencapai 25 persen–40 persen per tahun. Di tahun 2008 ini pengguna internet Indonesia diperkirakan 27 juta.
Penggunaan internet dari tahun ke tahun akan semakin membludak seiring dengan semakin banyaknya akses poin internet seperti warnet, Wi-Fi di pusat-pusat keramaian, 3G, HSDPA dan lain-lain. Bahkan, bukannya tak mungkin jika proyek Palapa Ring sukses, bakal tersedia bahdwidth Internet bagi 40.000 desa.
Harus diakui, teknologi informasi bias menjadi pisau bermata dua. Aksesnya yang begitu besar mampu menyediakan beragam informasi, tanpa terkecuali pornografi dan kekerasan. Namun bila dimanfaatkan dengan baik, teknologi informasi bisa menjadi saluran yang dahsyat untuk mendapatkan dan menyampaikan beragam informasi pengetahuan demi kemaslahatan umat manusia.
Ada beberapa unsure yang bisa menjadi fokus dalam pemerataan akses informasi dan Internet bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah e-ducation (pendidikan), dan e-conomy (ekonomi) yang dapat mengurangi gap teknologi komunikasi dan informasi antara pedesaan dan perkotaan.
dikutip dari : http://www.TeknologiNet.com
teknologi
Teknologi Informasi semakin maju, menghapus batas Negara serta budaya. Tak terkecuali bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Meskipun penetrasi telepon masih belum sepenuhnya menjangkau saudara – saudara kita di seluruh penjuru Tanah Air, namun harus diakui gelombang penetrasi internet sudah sedemikian dashatnya.
Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), rata–rata pertumbuhan internet di Indonesia mencapai 25 persen–40 persen per tahun. Di tahun 2008 ini pengguna internet Indonesia diperkirakan 27 juta.
Penggunaan internet dari tahun ke tahun akan semakin membludak seiring dengan semakin banyaknya akses poin internet seperti warnet, Wi-Fi di pusat-pusat keramaian, 3G, HSDPA dan lain-lain. Bahkan, bukannya tak mungkin jika proyek Palapa Ring sukses, bakal tersedia bahdwidth Internet bagi 40.000 desa.
Harus diakui, teknologi informasi bias menjadi pisau bermata dua. Aksesnya yang begitu besar mampu menyediakan beragam informasi, tanpa terkecuali pornografi dan kekerasan. Namun bila dimanfaatkan dengan baik, teknologi informasi bisa menjadi saluran yang dahsyat untuk mendapatkan dan menyampaikan beragam informasi pengetahuan demi kemaslahatan umat manusia.
Ada beberapa unsure yang bisa menjadi fokus dalam pemerataan akses informasi dan Internet bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. Diantaranya adalah e-ducation (pendidikan), dan e-conomy (ekonomi) yang dapat mengurangi gap teknologi komunikasi dan informasi antara pedesaan dan perkotaan.
dikutip dari : http://www.TeknologiNet.com
Subscribe to:
Posts (Atom)